Sudah 2 minggu berlalu semenjak kepulangan saya setelah Urbane Fellowship Program, Ini adalah rangkuman kecil dari perjalanan saya, apa yang bisa saya dapatkan dari program ini. Semoga berguna.
[1]
Orang orang berjalan cepat, bergegas gegas menuju pedestrian. Semakin gelap matahari menunduk, kerumunan semakin menumpuk. Dalam kegegasan, manusia-manusia kemudian berkumpul dan berjubel menjadi satu. Semakin malam semakin meriah, semakin penuh sudut sudut dan pinggir jalan La Ramblas. Masih dalam kekagetan setelah tersedak dari metro (semacam kereta bawah tanah) setiap penjaja berebut menawarkan beberapa macam bunga, buku dengan harga cukup murah. Seakan tidak turut dalam kesedihan setelah kesebelasannya kalah dengan inggris pada sore harinya, semua orang tampak berseri membawa bunga di tangan kanan, buku di tangan kiri, bagi yang belum, pastinya sedang sibuk mengantri di jejeran booth penjaja buku di sekitar jalan tersebut.
Pasangan-pasangan menghiasi dengan menunjukkan kemesraanya dalam ciuman, pelukan, belaian dan pemberian buku dan bunga, sebagai afeksi kasih sayang bukan sebagai pertunjukan laiknya pendapat manusia indonesia kebanyakan bila melihat hal tersebut di ruang publik.
Saat ini Barcelona sedang merayakan hari Saint Jordi, hari untuk merayakan kasih sayang dengan memberikan bunga “dan uniknya“ disertai dengan buku kepada pasangan atau orang yang dikasihi. Sungguh unik karena buku buku yang dijual adalah buku novel karangan penduduk lokal, Festival menarik yang justru menumbuhkan minat baca dan terdongkraknya produksi industri kreatif bidang literatur. Semua kegiatan ini kemudian terwadah dalam jalan, bangunan, dan plaza yang tersusun baik. bangunan bangunan unik pun mengisi baik modern dan tua berdampingan memperkaya kota. Pemerintah yang jeli terhadap keberadaan arsitektur ini kemudian memberikan kemudahan akses terhadap informasi dan transportasi kota. Peta peta pusat belanja, makanan dan objek arsitektur bertebaran mengisi rak-rak pusat informasi wisatawan. Lain halnya dengan madrid, sebagai pusat aktifitas dan ibukota Spanyol, Madrid menjadi “Parisnya” Spanyol, sebagai pusat mode dan desain desain kontemporer yang telah dikenal oleh banyak negara. Desain Fashion seperti Zara dan Camper muncul, berkembang di spanyol dengan berbagai pameran bertaraf internasional yang berlangsung tiap tahunnya sebagai trend setter baru dunia desain.
[2]
Barcelona dan seluruh kota Spanyol lainnya memang sedang mengembangkan dirinya sebagai pusat tujuan wisata dan industri kreatif di Spanyol. Beranjak dari pembenahan kota Barcelona untuk Olimpiade 1992 dengan membuat infrastruktur secara besar besaran menghubungkan 150 area publik dan wisata, mengisi taman dan ruang publik dengan air mancur, mosaik dan patung yang berdampak membuat masyarakatnya merasa lebih nyaman, lebih termotivasi dan loyal terhadap kotanya. Sejak itu pengembangan kota tidak berhenti dan merambah ke desain, seni dan budaya. “tujuan utamanya adalah menimbulkan, menarik, dan menyimpan talenta inovatif dan kreatif” ucap Francesc Santacana, direktur Strategic plan of Barcelona. Sebut saja rencana pengembangan rel kereta dan tram baru, Pengembangan pusat superkomputer MareNostrum, taman sustainable b_TEC, The Parc Barcelona Media, penataan kembali 200 hektar area Pobllenou Quarter yang sebelumnya dipakai sebagai daerah industri, pembuatan pusat desalinasi air yang memproduksi 200.000 kubik air perhari dan masih banyak daftar lagi dalam pembenahan kota yang berisi 3 juta penduduk ini.
Arsitektur dan kota memang menjadi salah satu pemegang peranan penting dalam industri pariwisata di Spanyol dan kota lainnya di eropa. Bilbao effect walaupun terdengar teoritis, namun pada kenyataanya benar-benar memberikan sumbangsih yang positif bagi kota dengan meningkatnya wisatawan ke daerah tersebut, dan munculnya kegiatan kegiatan lain yang memberikan sumbangsih ekonomi kota yang signifikan. Tak hanya di Bilbao, namun arsitektur bisa menjadi generator kota seperti Pompidu Centre di Paris, Al Hambra di Granada, Mercedez Benz Museum di Stuttgart, Phaeno Science Centre di Wolfsburg menjadi salah satu rangkaian bangunan yang bisa meningkatkan aktifitas kota dan menjadi kebanggaan penduduk sekitarnya. Hotel-hotel, restaurant, kafe, dan gallery bermunculan sebagai dampak meningkatnya aktifitas kota karena antusiasme wisatawan untuk mengunjugi bangunan bangunan tersebut. Secara khusus bangunan dengan ikon ini membuka dimensi baru dalam menstrukturisasi kota, karena bangunan ini memiliki ruang dan “terbentuk” dengan cermat yang menghasilkan sumbangan signifikan bagi kota pada skala yang besar. Bahkan dalam keperluannya, arsitektur digunakan sebagai politisi branding produk sebagai media marketing baru dengan menyungguhkan arsitektur yang spesifik atau branding produk termasuk fashion seperti Prada, Louis Vuitton dan Hermes.
[3]
menurut Richard Florida, Eropa dan Amerika telah meningkatkan kegiatan kreatif hingga 30% beranjak dari sekor industrial menuju sektor kreatif. Ini terbukti dengan meningkatnya gerakan dan merebaknya kegiatan kreatif di berbagai sektor oleh penduduknya, “Creativity is the motor force of economic growth!“ ucapnya. Tak segan segan contohnya adalah London yang menobatkan dirinya sebagai Creative London dengan menunjang segala kegiatan industri kreatif di kotanya, mulai dari pameran seni, pertunjukan hingga tata kota. Diharapkan dengan meningkatnya industri kreatif di berbagai bidang akan meningkatkan devisa negara sebesar 22 milliar poundsterling lebih tinggi dari total produksi industri dan menjadi pemasukan kedua setelah sektor bisnis yang senilai 32 miliar poundsterling. secara keseluruhan, sektor kreatif sebagai pengisi tenaga kerja terbanyak ketiga di London sebanyak 525.000 pekerja. Dari arsitektur hingga periklanan, dari pertunjukan seni hingga penerbitan digalakkan sebagai pemacu kehidupan kota.
[4]
Sudah saatnya Indonesia memberikan peranan penting kepada industri kreatif dalam meningkatkan ekonomi kota-kotanya, khususnya arsitektur. Menata kota dengan baik, menerapkan peraturan, menciptakan ruang publik, dan menciptakan generator kota, sehingga diharapkan terciptanya aktifitas kota baru.
Dengan memberikan penataan bangunan atau kawasan penanda baru, diharapkan kota-kota di Indonesia memiliki keunikan tersendiri sebagai bagian dari negara yang lebih besar untuk menunjang kebutuhan antar kawasan yang mempunyai koneksi terhadap kawasan lain. penanda dalam hal ini berbeda dengan ikonik, yaitu sebagai bangunan atau kawasan yang beranjak dari bentuk mengarah pada keragaman program untuk mengakomodasi berbagai macam kegiatan yang memicu berbagai aktivitas dalam kota, dibandingkan ikonik yang hanya sebagai perayaan atas bentuk dari kegiatan, waktu ataupun tempat, terkadang menjadi sekedar kolase dan tak berarti banyak untuk kota, seperti ucapan Gehry, “Architecture should speak of its time and place, but yearn for timelessness.”
Indonesia dengan berbagai kebudayaan, tanah, adat, kulinari, dan bahasa menjadi salah satu kelebihan yang seharusnya bisa menjadi daya tarik tersendiri, sebagai bagian kekayaan yang
bila diolah dalam ruang, arsitektur dan kota dengan baik akan memicu, bukan lagi menimbulkan cipratan parkir motor dan warteg murah disekitar mall tetapi ledakan ekonomi yang besar, yang tentunya ditunjang dengan perangkat kota yang baik juga. Beberapa kompetisi desain bangunan dan penataan kawasan kota akhirnya banyak terhenti tergantung pada masalah biaya, konflik, ketidak percayaan investor, dan kurang siapnya penduduk berkota.
Sudah saatnya kah semua berperan dalam membentuk kota kita? Harusnya kita mulai sadar, menurut Canada Art Council mengatakan bahwa kota tidak akan mengundang bisnis atau investasi baru dan perkembangan lapangan kerja, bila kreatifitas bukan menjadi komponen rencana strategi ekonomi, kreatifitas adalah mesin dari sistem ekonomi baru.tahukah bahwa banyak dari arsitek kita memiliki prestasi dan sudah dikenal di manca negara. Sebutlah Sibarani Sofyan yang desain masterplannya berada di manca negara, Ridwan Kamil yang proyeknya bertebaran di dubai, china, dan indonesia, Andra Matin dan Budi Pradono yang karyanya sudah merambah ke publikasi dan penghargaan internasional dan beberapa arsitek termasuk arsitek muda kita yang banyak terlibat dalam proyek mega billion di kantor-kantor starchitect di luar negeri.
Belum lagi banyak prestasi dan sayembara desain arsitektur yang berhubungan dengan kawasan dan bangunan publik skala besar internasional maupun nasional yang dimenangkan oleh arsitek kita. Tapi pada kenyataannya keseluruhan kegiatan terhenti karena ketidak jelasan penyelenggaraan, masih tingginya KKN dalam proyek-proyek besar yang dianggap sebagai tempat meraup kekayaan sesaat, ketidak jelasan infrastruktur asosiasi desain termasuk arsitektur dinegara kita, dan belum lagi ketidak percayaan asing terlebih masyarakat kita sendiri terhadap arsitek Indonesia.Namun dalam berbagai sisi sudah banyak usaha usaha meningkatkan kegiatan arsitektur untuk kota kita yang lebih baik. Diskusi diskusi terbuka, open house Arsitektur hingga forum berbau arsitektur mengisi jurnal keseharian.
Arsitektur menjadi debat dan mediasi baru, beranjak menunjukkan giginya walaupun masih dalam skala kecil sebagai akupuntur yang memperbaiki kota melalui titik titik kecil yang diharapkan berdampak luas pada tubuh kota secara keseluruhan.
Dalam bayangan nanti, pilu memasuki negara sendiri melalui gerbang bata yang semakin menua dan tak terawat, belum lagi ditambah dengan sambutan preman-preman taksi menunggu di luar…
Inilah saatnya kita merebut kembali kebudayaan kita, meninggalkan trauma historis penjajahan dan mental priyayi untuk maju, berkesempatan membangun dengan lebih baik dan memberikan sumbangsih arsitektur yang bermafaat luas bagi kota kita.
Saatnya desain menunjukkan tingkat pikir yang lebih matang dan beradab, menaikkan sebuah nilai dalam masyarakat, nilai yang lebih dibandingkan sebuah kebiasaan dan sekedar fungsi.seperti kata Peter Eisennman “To be an architect is a social act”
frankfurt, 04.mei.2008 20.05
menyambut 100 tahun kebangkitan nasional, Oleh Paskalis Khrisno Ayodyantoro, untuk Urbane Felowship Program 2007. Foto-foto perjalanannya dapat dilihat di http://www.flickr.com/photos/bincang2cupleez/