“Melalui utopia arsitektur berhenti sebagai proyek rancangan pesanan individual. Ia ingin berpikir “menyempurnakan” masa depan untuk semua. Ia menjadi pemikiran” (Marco Kusumawijaya, 2009)
Arsitek Muda Indonesia (AMI) dibentuk untuk terus menerus mendobrak stagnansi arsitektur di Indonesia. Dalam rangka memperingati 20 tahun terbentuknya, diadakan Workshop dan Pameran hasil workshop tersebut. Temanya adalah “Ruang Tinggal Dalam Kota”. Karena, ruang tinggal adalah kebutuhan hakiki semua orang dan kota telah menjadi habitat lebih dari 50% populasi manusia di muka bumi.
Workshop dan Pameran ini adalah upaya meninjau kembali cara kita menempatkan diri dalam ruang – entah dalam sebuah ruang tinggal yang pribadi, atau dalam kota, atau keduanya. Rumah, dalam arti dan wujudnya yang konvensional, bisa jadi tidak lagi efektif untuk cara kita hidup dan tinggal saat ini. Karena itu, kami memilih menggunakan istilah ‘ruang tinggal’. Selain untuk membebaskannya dari konotasi rumah – yang dekat sekali dengan landed house, juga untuk membebaskannya dari ‘wujud’.
Workshop yang telah berlangsung mulai dari akhir bulan Mei ini, kini hampir usai dan hasilnya siap dipamerkan. Mungkin terlalu jauh apabila dari Workshop dan Pameran ini diharapkan dihasilkan solusi-solusi dari masalah ruang tinggal dalam kota. Tapi akan menarik untuk melihat bagaimana hal ini ditelaah dengan pikiran terbuka dan keberanian bereksplorasi. Bukan tidak mungkin ada alternatif-alternat if inspiratif yang bisa jadi pilihan untuk sebuah terobosan dalam mendesain dan menjadi acuan untuk memahami masalah ruang tinggal dalam kota.