Bukan hal yang cukup bijaksana untuk memikirkan bangunan permanen di suatu situs yang penting tanpa ada data lengkap dan waktu perencanaan yang sangat pendek (kurang dari dua minggu). Usulan ini bertolak dari gagasan membuat bangunan sementara saja meskipun tetap membuka peluang menjadi permanen.
Gagasannya adalah membuat sistem yang mampu sesedikit mungkin menapak ke tanah dan menaungi selebar mungkin. Titik yang harus menapak tanah (tanpa menggali) dikembangkan menjadi modul rangka berupa piramida terbalik yang bisa dirangkai membentuk jaringan yang saling menunjang untuk berdiri stabil. Modul piramida ini berupa rangka besi yang bisa diproduksi di luar lahan dan dibawa masuk hanya untuk dirangkai.
Karena tidak ada pekerjaan alat berat dalam lahan, modul tersebut harus mampu diangkat oleh sesedikit mungkin orang. Modul terkecil yang terdiri dari 8 batang pipa berdiameter 10cm mempunyai kisaran berat 200 kg untuk bisa diangkat oleh 4-6 orang. Cara konstruksinya dengan merebahkan satu sisi di atas tanah dan menarik ke atas untuk dipertemukan dengan satu sama lain.
Ketika sistem rangka sudah terangkai, material penutup atap/lantai/dinding bisa menjadi sangat fleksibel variannya. Pilihan kain, plastik, terpal, bambu, kayu, besi sampai kaca akan bergantung pada kebutuhan tingkat permanen yang diinginkan dan biaya yang tersedia.
Dari modul ekskavasi 4x4m sampai dengan 24x24m, sistem ini akan bergerak, berkembang atau ditiadakan sesuai kegiatan ekskavasi yang ada. Konfigurasi akhir yang terjadi adalah ekspresi dari apa yang terkuak dari dalam tanah.
Kerjasama Han Awal & Partners, Architects. dengan Mamostudio
Adi Purnomo | Adria Ricardo | Danny Wicaksono | Grace Kartono | Jessica Pangastuti | Mira Agusnani | Monica Renata | Paskalis Khrisno Ayodyantoro | Reginald Agussalim | Varani Kosasih | Yori Antar | Yurike Sanafayong