Kota Tua Creative Festival 2014

[1]
 
Beberapa ibu tersenyum senyum, beberapa anak kecil seumur 6-10 tahun menunjuk nunjuk keadaan sekitarnya. Seorang anak perempuan kemudian terduduk kembali setelah berdiri menghadap jendela kereta, bertanya pada ibunya
 
“mak, kita ke kota tua kan? ya kan mak? ada badut ya mak?”
 
kereta jurusan bintaro – tanah abang ini penuh namun tak sesak, menyisakan ruang ruang yang digunakan anak anak mondar mandir di dalam kereta, sepertinya beberapa keluarga dalam ketetanggaan sedang bersama sama pergi ke arah kota tua dengan kereta jalur komuter jakarta. Keluarga tersebut tampaknya telah mengetahui jalur kereta menuju stasiun Jakarta Kota, dari Bintaro kemudian ke Stasiun transit Tanah Abang, kemudian berpindah melanjutkan dengan kereta menuju stasiun Kampung Bandan, dan berpindah terakhir menuju Stasiun Jakarta Kota.
 
Sesampainya di Kota Tua, anak anak berlari lari di plaza, terdapat tenda tenda yang menjual produk lokal, juga masyarakat mengantri di papan penunjuk peta. Penunjuk peta tentang bangunan apa saja yang di buka gratis dengan pamerannya, museum yang ada di sekitar kota tua, dan kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga memudahkan para pengunjung merencanakan kegiatannya di kota tua. Di lain sisi, banyak anak muda dari jakarta selatan, timur dan sebagainya juga terlihat lalu lalang di ruang ruang pamer, berpindah dari satu bangunan ke bangunan lain. Kota Tua akhir pekan ini begitu semarak.
 
“Festival ini tidak hanya memberdayakan ruang publik, tapi juga akan berdampak strategis pada pengembangan ekonomi kreatif,” sahut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari pangestu ketika bersepeda sembari membuka KTCF 2014. “Kegiatan festival ini diharapkan dapat mem-branding Kota Jakarta dan revitaliasasi Kota Tua Jakarta sebagai pusat ekonomi kreatif, pariwisata, budaya dan sejarah, yang menarik untuk di kunjungi”
 
Antusiasme warga ini terlihat menyenangkan, disamping publikasi yang di bantu oleh perusahaan Kereta Api indonesia yang juga turut menyemarakkan pameran tentang kereta api di Stasiun Jakarta Kota, Kereta komuter jakarta juga turut memudahkan masyarakat jakarta berpindah dari satu titik ke titik lain dengan mudah. Antusiasme warga ini menurut saya membuktikan bahwa masyarakat Jakarta membutuhkan ruang publik lain dan tempat rekreasi lain yang kini semakin berkurang seolah olah tergantikan oleh mall. Selain sebagai ruang publik, daya tarik bangunan dan area tua ini adalah sejarah yang bisa menjadi kekuatan baru, menarik warga untuk menikmati kotanya sendiri, sekaligus menjadi tempat belajar yang hidup di kota milik kita sendiri.
 
[2]
 
Kota tua Jakarta yang dalam keadaan mati suri telah di coba di hidupkan kembali melalui intervensi fungsi dan kegiatan sejak bertahun-tahun lalu. Usaha untuk menghidupkan kembali kota tua juga diusahakan melalui studi studi beberapa universitas dan kegiatan. Dari JakArt 2001, Workshop arsitektur oleh beberapa universitas tentang kota tua, Video Mapping bangunan Fatahillah oleh British Council dan Sembilan Matahari, Intervensi Bangunan Kantor Pos menjadi Galeri yang di desain oleh andra matin dan di gagas oleh Konsorsium jeforah, hingga ulang tahun jakarta tahun ini dengan kegiatan KTCF 2014
 
Kota Tua Creative Festival telah berlangsung 21-22 Juni 2014 kemarin. Acara yang di gagas oleh Daliana Suryawinata (SHAU), Diana Ang, dan Windi Salomo (W production) ini adalah sebuah usaha mengisi kota tua dengan kegiatan kreatif di ruang ruang bangunan yang tertinggal dan ruang publik seperti Plaza Fatahillah. Dengan menggunakan metode workshop archipunture (Akupuntur arsitektur) dimana masing masing arsitek merevitalisasi beberapa bangunan tertinggal diharapkan bisa menjadi katalis gagasan perbaikan Kota Tua Jakarta. Tak tertinggal, beberapa bangunan tua di isi menjadi galeri dan ruang instalasi arsitektur yang dikuratori oleh Yori Antar (Rumah asuh) Dan instalasi seni yang di kuratori Rizki A Djaelani.
 
Melihat keadaan dan potensi yang besar dari Kota Tua Jakarta, Basuki purnama atau ahok sebagai pengganti gubernur sementara yang membuka acara Kota Tua Creative festival, mengatakan akan mengeluarkan surat instruksi yang berisi sanksi yang akan diberikan kepada pemilik gedung tua yang menolak merevitalisasi bangunannya. Sanksi tersebut berupa denda Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 10 kali lipat dari besaran pajak sebenarnya. Hingga penyitaan bangunan oleh Pemprov DKI, tak hanya itu, dia juga menawarkan akan membeli bangunan tua yang dimiliki oleh pengelola yang tak sanggup melakukan revitalisasi. Sehingga bangunan tersebut dapat dipakai untuk kepentingan peningkatan industri kreatif.
 
[3]
 
Generasi lanjut pasti mengetahui bahwa bangunan tua bukanlah sekedar volume dalam ruang, mereka memiliki dimensi waktu, sebagai saksi dan bukti akan sejarah panjang yang tidak akan dimiliki tempat lain di seluruh dunia. Ke unikan masing masing bangunan tua ini menjadi bukti penting juga bagaimana kita bisa mempelajari dan menghargai masa lalu kita untuk bergerak kedepan.
 
Dalam KTCF 2014 ini, ruang publik seperti plaza di gunakan sebagai area berkumpul komunitas dengan tenda tenda komunitas yang tersebar di Jakarta, dan sebuah panggung musik dan hiburan. Untuk menyemarakkan plaza Fatahillah, SHAU dan Diana Ang, menggagas sebuah instalasi layang layang mimpi yang berupa 10.000 buah lembaran fiber berwarna warni yang digantung beserta beserta tulisan harapan masyarakat Jakarta yang telah di kumpulkan datanya melalui media sosial.
 
Pameran hasil workshop Archipunctural (Architecture accupunture) terdapat 6 bangunan dan 1 kawasan kota tua yang di desain oleh 3 arsitek Indonesia, 3 Arsitek Belanda dan 1 arsitek landsekap Belanda secara titik titik akupuntur yang dipilih dari bangunan yang bersejarah dan dalam kondisi yang sudah rusak tak terpakai. Dengan Motor dari Rumah Asuh dan Erasmus Huis, Kedutaan Belanda, workshop dan pameran ini bisa mengisi bangunan tua di gedung tua Tjipta Niaga.
 
Pameran hasil workshop Arsitektur berisi desain dari Rumah asuh tentang Rumah Akar milik Ella Ubaidi yang di desain menjadi galeri dan kafe berlayar dinding dinding yang tertutup akar, dan penambahan fungsi hostel agar terdapat aktifitas yang hidup sepanjang hari. Andramatin melanjutkan renovasi bangunan Kantor Pos bersama Lin Che wei dari JEFORAH menjadikannya galeri kontemporer bertaraf internasional. Dengan tema yang sama Djuhara+Djuhara merevitalisasi bangunan Milik Edi Sadeli dan OMA Hongkong juga merevitalisasi bangunan Tjipta Niaga menjadi bangunan multifungsi sehingga bisa mendorong fungsi dan kegiatan baru di bangunan tak terpakai tersebut. Kees Christianse dari KCAP membuat sebuah instalasi bambu mengisi reruntuhan bangunan Samudera yang terinspirasi dengan bentuk yang ada sebelumnya. MVRDV dari Belanda membuat sebuah taman vertikal di bangunan Kerta Niaga, penutup atap yang sudah rusak di hiangkan dan dibiarkan bolong sehingga cahaya dan udara bisa menembus kedalam bangunan. Instalasi yang terakhir adalah hasil workshop Niek Roozen bersama Universitas Wageningen merevitalisasi landsekap kawasan Kota Tua Jakarta.
 
Tak hanya pameran instalasi seni, gambar dan maket arsitektur di gedung Tjipta Niaga, 2 Bangunan yang menjadi titik akupuntur arsitektur juga di buat seperti harapan arsiteknya. Bangunan Kerta Niaga yang di desain oleh MVRDV di isi instalasi tanaman dan tumbuhan dengan beberapa karya seni didalam bangunannya. Instalasi bambu dari KCAP juga turut berdiri mengisi bangunan Samudera yang sudah rubuh.
 
[4]
 
Kota kita Jakarta, khususnya kawasan kota tua Jakarta, walaupun masih tertatih, tahun tahun ini seperti ada titik terang.
 
Melalui seni dan arsitektur, dari Video Mapping oleh British Council, Fiesta Fatahilah oleh JEFORAH, dan kini KTCF 2014 berusaha menghidupkan dan mengkatalis ekonomi kota tua. Dengan kerjasama antara pemilik bangunan, penggagas, perencana, pemilik modal dan pemerintah yang semakin transparan dan peduli, setidaknya saya bisa berharap.
 
Industri kreatif kita kini rata-rata menyumbang 4,74% dari PDB kita, bahkan tahun lalu, industri kreatif menyumbang tak kurang dari Rp 642 triliun. Bayangkan dengan kekuatan ekonomi kreatif dan dengan bonus demografi yang kita akan dapat dalam tahun tahun mendatang akan menjadi kekuatan baru yang bisa mendorong ekonomi daerah ini dan tentunya juga daerah lain di Jakarta, maupun Indonesia.
 
“Festival ini merupakan suatu awal yang baik untuk memulai pemugaran di kota tua. Walaupun sedikit terlambat, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” Sahut Yori. KTCf 2014 dan usaha usaha lainnya adalah awal menuju perbaikan kualitas kota melalui ekonomi kreatif yang mandiri.
 
Mari kita peduli dan bangun kota kita, salah satunya melalui kota tua kita yang bersejarah, yang terus hidup, dapat di nikmati siapa saja dan penerus kita, sebagai tempat belajar, menghargai masa lalu, dan pijakan masa depan.
 
Selamat Ulang tahun, Jakarta!
 

video oleh CMYK Studio
 
Head of Curatorial Team Jakarta Old Town Reborn Yori Antar Archipunctural Concept by SHAU Participants andramatin architects | djuhara+djuhara | Han Awal & Partners | KCAP | MVRDV | Niek Roozen Landscape Architects and Wageningen University | OMA Curatorial Team Ivan Nasution | Paskalis Khrisno Ayodyantoro | Siti Nuraini Andina | Yusni Aziz | Varani Kosasih Supporting Team Abdul Said Ahtar | Hastito Rahmadhika | Patriot Negri | Reza Ambardi Perdana
 

About the author