Ini adalah perjalanan singkat setelah sekian lama gagal merencanakan pergi dengan salah seorang teman saya.
rencananya memang mencari satu akhir pekan yang panjang, kemudian mencari pantai atau laut terdekat dengan kondisi bawah laut yang masih baik. Akhirnya kami memutuskan ikut dalam perjalanan ke Pulau Pahawang di Selatan Lampung lewat Rani Trip Organizer.
Biaya Trip ke Pahawang sendiri adalah Rp. 450.000,- di luar alat snorkeling dan kaki katak (tambah Rp.90.000,-). Karena saya sendiri baru dari labuan Bajo, akhirnya janji berkumpul awal di Pelabuhan merak di capai dengan mobil sewaan yang cukup mahal Rp.750.000,-. Kondisi bandara soekarno Hatta ketika saya sampai jam 21.30 juga cukup memperihatinkan. Manajemen transportasi baik yang ke Bandara dan keluar bandara kurang baik, sehingga antrian dan kemacetan terjadi dari pintu tol menuju bandara dan arah ke arah jakarta hingga putaran depan pom bensin dekat patung Soekarno-Hatta.
Setelah mengantri cukup lama keluar bandara, antrian kembali merayap di pintu gerbang tol PIK dan JORR barat, kemudian antrian kembali memanjang setelah Tangerang. dari jam 22.00, kami sampai di dermaga merak jam 01.00 lalu langsung melanjutkan perjalanan dengan kapal pelni selama 2 jam. Sesampainya di Pelabuhan Bakaheuni sekitar pukul 05.00 kami langsung melanjutkan perjalanan dengan mobil sewaan ke arah Pelabuhan ketapang selama 3 jam. Sekitar jam 8.30 kami sampai di pelabuhan ketapang dan bersiap-siap berganti baju, karena akan langsung berenang dan ke pantai. Pelabuhan ketapang saat itu sangat padat. Hampir 1000 orang lebih akan berangkat ke Pulau Pahawang, memanfaatkan libur untuk berwisata. Karena kapal yang kecil dan di isi sebanyak 29 orang termasuk pemimpin tur, dan 2 orang anak buah kapal, kami akhirnya ke pulau Pahawang dahulu selama 1 jam untuk meletakkan barang-barang bawaan agar kapal lebih stabil.
Snorkeling pertama kami adalah di daerah Tanjung Putus, dengan kondisi yang agak keruh, koral disini banyak yang patah terinjak-injak. Setelah dari Tanjung putus kami melanjutkan ke area penanaman koral dan titik nemo di antara pulau lelangga/tanjung putus dan daratan sumatera. Di titik Nemo ini kita bisa melihat anemon-anemon laut di kumpulkan dengan banyak ikan nemo (clownfish) dan koral koral yang ditumbuhkan kembali. Dari titik Nemo kami melanjutkan untuk bersantai di pantai pulau kelagian/lelangga balak hingga hampir sore. Setelah puas berenang dan bermain pantai di pantai selatan dan barat pulau ini, kami kembali ke kampung di Pulau Pahawang Besar. Sore-sore saya sendiri mencari ikan bakar dan dimakan bersama 4 orang rekan saya. Kebetulan karena jumlah ikan kuwe (Rp.70.000,- per KG) sudah habis saya kemudian memesan ikan ayam-ayam (Rp.50.000,- per KG). Kondisi cuaca cerah mendukung kegiatan kami, dengan mendung ketika malam. Sayangnya beberapa titik snorkeling, air laut agak keruh sehingga jarak pandang agak terbatas.
Listrik di Pulau pahawang hanya hidup dari jam 18.00 hingga jam 05.00 pagi, jadi listrik ini kami manfaatkan untuk men-charge seluruh peralatan elektronik. Esoknya setelah makan pagi di Balai Desa Pahawang, kami melanjutkan bermain pantai di Pulau Pahawang kecil, dan kemudian snorkeling di Pulau Kelagian, dan 2 titik diantara Kampung Pulau Pahawang besar dan Pulau Pahawang kecil dengan jarak pandang yang lumayan jernih dengan ikan yang beragam.
Dengan kondisi lebih dari 1000 orang ke area Pulau Pahawang, para wisatawan di akomodasi di penginapan dengan memanfaatkan rumah warga di dua lokasi kampung. Dengan jumlah yang sangat banyak rasanya kedepan perlu di ada manajemen alur wisatawan dan peraturan yang tegas agar kegiatan pariwisata bisa berjalan berkelanjutan dan bertahan lama baik lingkungan, masyarakat maupun pengunjungnya agar semua tetap nyaman. Para Operator wisata sebaiknya secara tegas memberikan pengarahan para pengunjung dapat membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak lingkungan dengan menjaga koral, tidak mengangkat koral, mematahkan dan menginjaknya. Masyarakat setempat bisa menjadi pengawas dan membuat sebuah mooring bay di setiap lokasi penyelaman atau snorkeling sehingga perahu perahu lokal tidak menggunakan jangkar sehingga berpotensi merusak koral.
Hebatnya masyarakat Pulau Pahawang sudah bisa bekerja sama sehingga manfaat pariwisata bisa di nikmati sebagian besar masyarakat setempat. Melalui kapal yang di kelola oleh masyarakat setempat, ikan dari tambak masyarakat dan penginapan dengan menggunakan rumah rumah penduduk yang berbagi dengan pengunjung. Masyarakat setempat juga berinisiatif menananam kembali koral dan mengumpulkan beberapa anemon laut sebagai sarang ikan clownfish disatu tempat agar terhindar dari tangan-tangan jahil.
Kedepannya tentu pariwisata yang bertanggung jawab dapat bisa di tegaskan sehingga kerberlanjutan alam lingkungan, baik diatas atau dibawah laut tetap terjaga, sehingga dapat menguntungkan ekonomi masyarakat di sekitar Pulau Pahawang. Kerjasama antara masyarakat, operator wisata, pemerintah dan pengunjung yang bertanggung jawab terhadap mekanisme pariwisata yang berdampak pada keberlanjutan yang lestari.