Ini adalah workshop yang di gagas oleh jongArsitek! dan House the House tahun 2011 untuk Kota Jakarta dibawah naungan Ridwan Kamil.
Gagasan ini sebelumnya adalah untuk masukan pemerintah lama, Fauzi Bowo dan kemudian di kembangkan tahun 2012 untuk diberikan kepada Jokowi dan Ahok yang baru saja naik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Karena kami yakin mereka akan membawa perubahan, maka kami berniat mengajukan intervensi ruang-ruang terbuka yang ada di jakarta sebagai ruang publik baru yang terdesain sehingga bisa di gunakan oleh masyarakat jakarta.
Gagasan ini awalnya terdiri dari beberapa ruang publik di Jakarta, termasuk Danau Sunter dan waduk Ria rio, namun sebagai workshop gagasan awal, pilihan jatuh di Waduk Melati yang berada di Pusat kota Jakarta. Kondisi Waduk Melati mulai terkepung gedung-gedung perbelanjaan dan perumahan yang semakin terdesak developer-developer besar. Sementara di sekitar waduk pluit ada sebuah lahan kosong besar yang kemungkinan kedepannya akan dibangun.
Pekerjaan workshop di mulai dengan survey kawasan selama 2 minggu di sekitar Waduk pluit. Setelah survei tim terbagi menjadi 3 tim besar. Tim tersebut adalah dari jongArsitek! Jakarta, House The House Bandung, dan jongArsitek! Singapura. Worskhop masterplan di buat pertama, dan kemudian masing masing tim menilai fungsi-fungsi baru yang tepat untuk masing-masing bagian. Setelahnya Masing-masing tim mendesain sesuai dengan gambaran besar dan visi dan tema masterplan.
Gagasan kami adalah memberikan ruang publik dengan membagi menjadi 5 tema sesuai dengan karakter, kondisi dan kebutuhan ruang di sekitarnya. Dapat di lihat di Peta, Bagian 1 adalah ruang publik sebagai tempat transit bagi apartemen dan mall Grand Indonesia. Bagian 2 adalah ruang peningkatan kualitas pedestrian yang sudah sempit di samping Jalan Teluk Betung 1 samping Apartemen Ascot menuju Thamrind City. Bagian 3 adalah optimasi taman dan pulau kecil yang ada di depan Thamrind Residence. Sedangkan Bagian 3 dan 4 adalah pembuatan taman sepanjang pinggir danau untuk permukiman Dukuh Pinggir.
Gagasan Placemaking yang di adaptasi dari PPS ini kemudian mencoba memberikan program ruang yang sesuai dengan karakter permasing-masing bagian. Dari Galeri, ruang baca, ruang bermain anak, atau urban furniture agar masyarakat bisa menikmati taman di pinggir danau ini dengan maksimal.
Gagasan awal ini kemudian berjalan hingga 3 tahun pengerjaan karena kesibukan masing-masing pesertanya. Tetapi gagasan ini tetap relevan karena kebutuhan ruang terbuka yang masih kurang di Jakarta. Gagasan ini bisa dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan sekarang dengan kota yang semakin memadat dan berubah karakternya.
[p.khrisno.a]