Shangri-la, Gerbang awal menuju Tibet.

1
 
Seorang wanita tampak menyemangati pasangannya. Ia mencoba mengulurkan tangannya memberi dorongan agar pasangannya mau berjalan naik lagi. Dibelakang dan di depannya beberapa orang tampak tertatih menaiki tangga-tangga menuju titik lembah tertinggi. Oksigen memang menipis saat ini. nafas terasa berat. Hanya kuat menapak 10 anak tangga, para pengunjung berhenti sejenak, minum dan beranjak lagi.
 
Deg, deg, deg, deg. deg.deg.deg.deg
 
suara jantung saya sendiri terdengar beberapa kali, memburu dengan cepat dalam beberapa perhentian setiap setelah 10-15 anak tangga naik. Suhu 2 derajat tidak terasa lagi. Kepala menjadi pusing, hanya terdengar suara jantung. Otak berusaha untuk fokus agar bisa naik lebih tinggi lagi. Di badan, keringat terasa seperti uap air yang langsung mengering segera di permukaan kulit karena suhu dingin.
 
IMG_3394-1-250 sec at f - 9.0-ISO 100-EF24-70mm f-2.8L USM-Canon EOS 6D
 
Sekarang, saya sedang beranjak turun. Saya menyusuri dek kayu selebar 3 meter yang telah di buat oleh Pemerintah China untuk menuju lembah Glasier gunung Yulong yang puncaknya mencapai 5596 m di atas permukaan air laut. Hanya 3 dari 20 rombongan kami yang bisa mencapai puncak jalur pendakian yang berada di 4680 m diatas permukaan air laut karena oksigen yang tipis. Gunung Yulong memiliki permukaan es abadi diatas ketinggian 4500m sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjungnya. Untuk mencapai puncaknya, Pemerintah China memfasilitasi dengan kereta gantung dari bangunan penerima dari ketinggian 3000 m ke 4500 m. Setelah itu, pengunjung bisa menikmati glasier dengan pemandangan kota Lijiang di bawahnya yang sering kali tertutup awan.
 
Gunung Yulong atau yang artinya naga giok adalah salah satu pegunungan indah yang menjadi daya tarik di Lijiang, provinsi Yunan, China.
 
2
 
Lijiang adalah salah satu kota persinggahan kami sebelum tujuan akhir kami di kota Shangri-la. Shangri-la berasal dari bahasa tibet yang berarti negeri yang suci dan damai. Kata Shangri-la digunakan dalam novel fiktif yang ditulis oleh James Hilton tahun 1933 yang berjudul Lost Horizon. Banyak yang menyebut bahwa inspirasi novel Hilton adalah sekitar perbatasan Pakistan dan India di daerah lembah Hunza yang pernah di datangi Hilton sebelum menulis Novel tersebut. Novel Lost Horizon sendiri berisi tentang mimpi utopis orang-orang Himalaya yang hidup damai terisolasi dari dunia luar. Dari bahasa Tibet sendiri, Shangri-la memiliki hubungan dengan Shambala yang ditulis oleh Panchen Lama ke 6 yang menjabarkan tentang hidup harmonis antara manusia dan Tuhan.
 
IMG_3686-1-4000 sec at f - 4.0-ISO 400-EF24-70mm f-2.8L USM-Canon EOS 6D
 
Shangri-la menjadi sebuah mitos yang berusaha di temukan oleh semua orang. Banyak yang mengklaim tentang letak-letak Shangri-la hingga Pemerintah China merubah nama Kota Zhongdian di Diqing, Propinsi Yunan menjadi kota Shangri-la sebagai alat promosi pariwisata.
 
Perjalanan ini bagi saya adalah pengenalan terhadap Tibet dan dimasa mendatang menambah “bucket list” perjalanan saya. Perjalanan ke Shangri-la adalah salah satu program perjalanan Kantor Han Awal & Partners, architect. Untuk mencapai Shangri-la yang berketinggian sekitar 3200-3500 m diatas laut, diperlukan aklimatisasi. Aklimatisasi di perlukan tubuh kita untuk adaptasi terhadap ketinggian dan oksigen yang lebih tipis kadarnya. Untuk Aklimitasi, maka rute yang di tempuh adalah penerbangan Jakarta-Kunming transit di Hongkong, dan pelan-pelan singgah masing-masing semalam dari kota kunming, kota dali, kota lijiang, hingga akhirnya kota Shangri-la.
 
Provinsi Yunan sendiri adalah provinsi yang menarik karena sebagian besar suku minoritas China ada di provinsi ini. Dalam sejarahnya, provinsi Yunan adalah pertemuan dari perbagai kebudayaan yang bersentuhan dengan negara-negara tetangga seperti India, Myanmar, Laos, dan Vietnam. Beberapa tempat di Yunnan juga merupakan jalur perdagangan menuju tempat-tempat di timur dan selatan. Kondisi pegunungan di Yunan dan tanah yang subur juga menjadikan Yunnan sebagai daerah sumber bahan pangan di China.
 
3
 
Kunming sebagai ibu kota provinsi Yunnan di sebut sebagai kota musim semi, karena kondisi iklim yang mayoritas sepanjang tahun seperti musim semi. Karena kondisi musim di Kunming, menjadikan kota kunming sebagai pengekspor bunga terbesar di China. Di kunming, salah satu obyek wisata menarik lainnya adalah taman hutan batu seluas 500 km persegi. Sebuah taman yang terdapat batu-batu basalt yang menjulang tinggi seperti di Cappadocia, Turki. batu-batu ini dahulunya adalah batuan kapur yang terkikis oleh hujan dan kemudian batuan basalt tetap berdiri tegak membetuk formasi yang ada sekarang.
 
Dari kota Kunming, Kami melanjutkan ke Kota Dali dengan bis selama 5 jam. Dali adalah sebuah kota yang sebelumnya di huni oleh suku Bai. Kota Dali kini menjadi kota Pemerintahan besar di pinggir danau Erhai. Di Dali kita bisa melihat kota tua peninggalan Dinasti Ming (abad ke 13) yang dibangun oleh suku bai. Semalam di Dali kami melanjutkan ke Lijiang dengan Bis selama 2 jam.
 
Kota Lijiang adalah kota dari suku Naxi yang dibangung pada dinasti Tang pada abad ke 6. Di Lijiang kami menyempatkan ke Glasier Gunung Yulong pada ketinggian 4500-4600 m. Selain itu di Lijiang kita juga bisa menikmati kota tua Dayan yang diakui UNESCO sebagai kota bersejarah. Bangunan tua di Kota tua Lijiang pada umumnya berumur 800 tahun terbuat kayu. Bangunan tua ini pada tahun 1996 bertahan dari gempa besar berskala 6.6 skala richter, dimana 350 ribu bangunan lainnya hancur pada saat itu. Kota tua Dayan ini tidak memiliki pola grid. Kota tuanya lebih merupakan labirin dengan lantai batu cobble dengan kejutan-kejutan ruang terbuka disudut-sudutnya. Selain dari kota tua, terdapat Desa bersejarah Shuhe, dan Baisha yang berada di batas kota Lijiang. Desa-desa bersejarah ini hampir mirip memiliki pola labirin seperti kota tua Dayan.
 
Dari Lijiang, kami melanjutkan ke kota Shangri-la dengan bis selama 2 jam. Sepanjang perjalanan, kami mulai menemukan plateau-plateau atau dataran rata di ketinggian khas tibet dan pagoda-pagoda yang terhiaskan bendera doa khas Tibet. Salah satu tanda ketika kita sudah mencapai ketinggian 3000-4000 m keatas, kita akan menemukan Yak. Yak-yak atau kerbau khas Tibet yang lebih gondrong dari kerbau biasanya, bertebaran sepanjang perjalanan dari Lijiang ke Shangri-la.
 
IMG_3466-30.0 sec at f - 8.0-ISO 100-EF24-70mm f-2.8L USM-Canon EOS 6D
 
4
 
Lokasi Shangri-la adalah plateau atau permukaan rata di dataran tinggi yang terletak diatas lebih dari 3000 m diatas laut dan dikelilingi puncak-puncak pegunungan yang seringkali tertutup salju. Suhu pada malam hari bulan november kini mencapai -1 derajat celcius. Di Shangri-la terdapat Kuil Ganden Sumtseling milik Budha Tibet. Kuil ini termasuk kuil terbesar di propinsi yunan, dan sering disebut Little Potala Place, sebuah kuil Budha Tibet terbesar yang terletak di Lhasa, Tibet, China.
 
IMG_4012-1-400 sec at f - 10-ISO 100-EF24-70mm f-2.8L USM-Canon EOS 6D
 
Kuil Sumtseling di dirikan tahun 1679 oleh Dalai lama ke 5 dan mengalami kerusakan parah ketika revolusi budaya di China pada tahun 1980-an awal. Kini Kuil Sumtseling telah di restorasi dan dihuni sekitar 2000 biksu. Di pusat kota Shangri-la terdapat kuil Songzalin yang dikelilingi oleh rumah-rumah khas Tibet lengkap dengan menara doa yang bisa di putar berwarna emas. Orang tibet percaya dengan memutar menara atau mani ´khor lo atau pemutar doa yang di tempelkan mantra, memiliki efek yang sama dengan mengucapkan doa tersebut.
 
Kebudayaan Tibet adalah kebudayaan yang menarik yang biasa tinggal di dataran tinggi. Yang paling menarik bagi saya adalah bendera doa. Secara tradisional, bendera doa di buat untuk mendorong kedamaian, kekuatan dan kebijakan. Orang-orang tibet percaya bahwa doa dan matra yang di bentangkan akan terbawa oleh angin dan menyebarkan niat baik ke segala penjuru. Karena alasan itulah bendera doa dibuat lebih umum agar bisa berdampak ke semua orang.
 
Awal perjalanan ke Shangri-la adalah mimpi perjalanan ambisius saya ke tibet. Mengenal Diqing atau Shangri-la adalah awal untuk menjelajah lebih jauh dan membuka diri pada kebudayaan-kebudayaan baru yang kami temui di sepanjang perjalanan.
 
Terlepas dari muatan politik Pemerintah China mempertahankan tibet sebagai bagian dari Negara China ada hal lain yang bisa kita perhatikan dari kunjungan ke Shangri-la. Kita bisa melihat Keseriusan Pemerintah China memajukan kota-kota sejarah dengan restorasi kota dan bangunannya. Usaha tersebut termasuk menghidupkan bangunan-bangunan lama mejadi tempat bagi bisnis-bisnis atau toko kecil. Pemerintah china juga membangun infrastruktur yang serius dari akses jalan tol dari kota besar termasuk penataan kota lengkap dengan pembangunan transportasi publik di dalam kota. Yang terpenting juga adalah dengan peraturan-peraturan pariwisata dan kota yang keras yang dicoba Pemerintah China agar manusianya siap menjadi penduduk global. Pemerintah China terlihat bersungguh-sungguh menjadikan tempat pariwisata yang berkualitas internasional.
 
Tentunya kota-kota tua yang direstorasi oleh Pemerintah china kini terlihat sebagai toko-toko yang mirip satu sama lain seperti di theme park. Kota-kota tua ini kehilangan penduduk aslinya tersingkir dengan pendatang yang siap beraktifitas ekonomi. Tetapi di lain sisi, ekonomi menjadikan kota-kota tua ini bertahan hingga sekarang dan terjaga dengan lewat peraturan dan kapital menjadi cantik dan rapih.
 
IMG_3979-1-320 sec at f - 9.0-ISO 100-EF24-70mm f-2.8L USM-Canon EOS 6D
 


 

About the author