Bromo, 2016

Setelah pertemuan singkat dua minggu sebelum libur Paskah 2016, tiba-tiba kami sepakat menggunakan libur akhir pekan panjang ke Bromo dan Malang. Peserta bertambah 2, 3 hari sebelum keberangkatan. Dengan Mobil sewaan dari Surabaya, berangkatlah kami Untuk Melihat Matahari terbit di Gunung Bromo.
 
Kamis sore, rombongan jakarta berangkat setelah pulang kantor. Akhir pekan kali ini membuat seluruh tol menuju keluar Jakarta sangat macet. Perjalanan yang biasa di tempuh dalam waktu 30 menit dari Bintaro ke Bandara Soekarno Hatta, berubah menjadi 2.5 jam. Beruntung, kami memesan tiket pesawat jam 21.00. Dan baru kali ini juga kami merasa lega dengan keterlambatan pesawat. Satu anggota rombongan yang berangkat dari jam 17.30 dari Menteng, Jakarta pusat mengalami perjalanan 3 jam lebih. Pesawat boarding jam 21.40 dan dia sampai di bandara jam 21.30 dan masih bisa masuk karena sudah web check in.
 
Sesampainya jam 23.00 di Surabaya, kami langsung melesat ke arah gunung Bromo melalui Pasuruan dan Probolinggo. Jalan raya malam ini cukup kosong, dan kami sampai jam 03.00. Di gerbang Desa Cemoro Lawang, kami sempatkan ke toilet dan pindah jeep Hardtop menuju ke pananjakan 1. Kondisi di Cemoro Lawang sudah padat dengan pengunjung dan jeep yang lalu lalang berburu matahari terbit. Jam 04.45 kami sudah di Pananjakan 1 tempat melihat matahari terbit. Dan seperti dugaan sebelumnya, di Pananajakan 1 ini sudah sekitar 500 orang berkumpul, berebut tempat untuk menyaksikan matahari terbit dan gunung bromo itu sendiri. Setelah dengan susah payah mencari tempat, akhirnya ada satu tempat yang bisa kami gunakan untuk foto.
 
IMG_8572-30,0 sec at f - 4,0-ISO 1250-EF24-70mm f-2.8L USM-Canon EOS 6D
 
Selesai dari pananjakan sekitar jam 06.30 kami melanjutkan ke titik-titik berikutnya. Titik pertama adalah kawah gunung bromo. Gunung Bromo sendiri saat ini sedang aktif dan berstatus waspada. Di tiket masuk juga dijelaskan minimal bisa di dekati dalam radius 1 KM. Tapi pengunjung tetap di perbolehkan mencapai ke kawah dengan mudah. Untuk menuju Kawah perlu di akses dengan berjalan kaki atau menggunakan kuda hingga titik tertentu dan dilanjutkan dengan tangga yang cukup curam menuju kawah. Setelah selesai melihat kawah, kami melanjutkan ke daerah Bukit teletabis dan pasir berbisik. Dinamakan Bukit Teletabis karena bentuk landsekap yang menyerupai bukit-bukit di acara televisi untuk anak dengan nama yang sama. Selesai dengan kunjungan di Gunung Bromo, kami kembali ke Desa Cemoro Lawang dan melanjutkan ke arah jalan raya Probolinggo-Surabaya untuk makan siang Rawon Nguling. Rawon adalah masakan berkuah atau sup daging sapi khas jawa timur dengan warna hitam yang berasal dari buah Kluwak. Rawon Nguling memiliki khas daging-dagingnya bisa ditambah dengan jeroan atau organ dalam sapi.
 
Selesai Makan siang, kami harus menunggu sebentar karena ban mobil yang bocor. Jam 3 kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Malang untuk mencicipi es krim di rumah makan OEN yang terkenal. Selesai dari rumah makan OEN kami melanjutkan ke Kota Batu untuk menginap. Kota malang sendiri menurut saya adalah kota yang bersih dan rapi. Bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda di pertahankan dan dirawat dengan pohon-pohon rindang di pinggir jalan. Cuaca yang sejuk berbeda dengan Surabaya dan kota-kota pesisir laut yang biasanya panas, membuat kota ini menjadi tambah nyaman.
 
Hari sabtu di Kota Batu kami lanjutkan berkunjung ke Kebun Binatang Batu. Sebelumnya Kami sempatkan mencoba makan pagi di Bu Djamiah di jalan Jendral Sudirman. Rumah makan ini berupa warung sederhana dengan menu khas makanan Jawa Timur seperti rawon, pecel dan sup tentunya dengan khas jeroan dan gorengan yang bisa dipilih. Kebun Binatang Batu menurut saya sangat menyenangkan karena memiliki alur untuk melihat beragam satwa yang mudah di akses. Dengan lahan yang tidak terlalu besar dan kelengkapan satwa yang di miliki, tidak terasa kami menghabiskan waktu hingga 3 jam berjalan di kebun binatang ini. Binatang-binatang diletakkan cukup dekat dengan akses manusia sehingga tidak menciptakan kesan berjarak. Setelah beberapa meter juga di letakkan ruang istirahat dan tempat untuk berinteraksi dengan binatang langsung baik tempat memberi makan atau tempat berfoto dengan satwa. Karena bertepatan dengan akhir pekan yang panjang, pengunjung sangat banyak sekali jadi antrian terlihat mengular panjang dan minim tempat duduk sehingga para pengunjung memanfaatkan kansteen, pot-pot tanaman atau di lantai langsung untuk beristirahat. Kebun binatang ini juga memberikan tambahan berupa area wahana permainan gratis di belakang tapak sehingga menjadi nilai tambah tersendiri untuk pengunjung yang sudah berkeluarga.
 
Puas di kebun binatang, kami melanjutkan melihat museum satwa di sebelah kebun binatang ini. Hari menjelang sore, kami melanjutkan untuk melihat museum Angkut masih di Kota Batu. Museum Angkut ini memiliki koleksi mobil-mobil koleksi lama yang cukup lengkap. Tak hanya koleksi kendaraan dari sepeda hingga pesawat, Museum Angkut juga membuat satu simulasi kota-kota utama di dunia dari Jakarta, Paris, hingga Las Vegas. Pengunjung bisa berfoto-foto simulasi seakan-akan berada di kota tersebut.
 
Dari Batu kami kembali ke Surabaya dan jakarta. Perjalanan singkat ini menyenangkan karena di waktu yang cukup singkat ini, kami masih bisa melihat alam dan wahana-wahana sederhana yang menyenangkan. Yuk Mlaku-mlaku lagi!
 


 
Berikut adalah trip ke bromo 2013, dibuang sayang 🙂
 

About the author