Refleksi Potongan Rumah Tinggal, HAP 2008-2018

Hampir sepuluh tahun saya bekerja di Biro Han Awal, ini adalah beberapa refleksi tentang metode merancang saya. Pengaruh perjalanan magang dan berpraktek, mengalami perjalanan menglana ke dalam negeri dan luar negeri, berdiskusi, dan membaca publikasi-publikasi turut serta membawa beberapa pengaruh dan menginspirasi bagaimana metode rancangan saya.
 
potonganweb
 
Pada awalnya saya tertarik dengan isu-isu kota dan skala yang makro. Pada masa-masa itu dalam skala publik dan skala yang besar, banyak gagasan menggunakan semiotika untuk memudahkan komunikasi gagasan tersebut. Perjalanan merancang tersebut di lengkapi dengan kesukaan saya dengan teknologi, termasuk teknologi presentasi, dan perangkat lunak sebagai alat untuk merancang bahkan menghasilkan desain dengan metode generative dan parametric design. Perjalanan ini kemudian mengalami pasang surut dengan pertanyaan-pertanyaan, “apa yang saya harus tarik pertama kali ketika mulai merancang?” “mengapa garis selalu identik dengan batas dan dinding?”
 
Pertanyaan ini, dengan beruntung, di lengkapi dengan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat dimana arsitektur vernakular indonesia masih berdiri. Kunjungan yang malah membuat saya bertanya lebih dalam; “apa tujuan dari arsitektur itu di bangun dengan segala perayaan bentuknya”
 
Tapi secara tidak sadar, dalam rancangan-rancangan saya ada usaha eksplorasi-eksplorasi untuk menuju keringanan (lightness?) baik secara bentuk bangunan yang melayang, menempatkan void, menekan efesiensi struktur ke dimensi minimalnya, jendela-jendela aktif dan besar-bukan bukaan mati yang besar, detail-detail konstruksi yang membuatnya menjadi ringan, Dematerialisasi atau penyederhanaan bahan, dan pencarian teknologi bahan yang menembuskan. Ada usaha untuk menembuskan ruang-ruang positif dengan negatif, Ada usaha menyamarkan batas-batas dengan jendela bukan kaca mati.
 
Pergulatan subyektifitas di di atas juga di hubungkan dengan skala yang besar, karena klien-klien kami adalah klien yang sudah mapan, tidak dalam posisi memiliki rumah sebagai eksperimen, rumah adalah tempat berhenti, berhenti dari segala aktivitas kepenatan. fasilitas sebisa mungkin masuk sebanyak mungkin karena keterbatasan kota dengan kekurangannya menyediakan tempat untuk rekreasi seperti taman kota, kolam renang, tempat olah raga, kemacetan, dan lain sebagainya. Dengan fasilitas ini, rumah juga di harapkan memberikan kenyamanan tubuh dengan pasti dengan efek penggunaan penghawaan buatan yang lebih stabil. Penggunaan penghawaan buatan yang kompleks perlu usaha untuk menyembunyikan seluruh kerumitan mekanikal elektrikalnya sehingga berdampak pada ketebalan dari lantai ke plafon. Skala besar juga berdampak bagaimana menyelesaikan agar rumah tetap dalam skala manusia yang nyaman, bahan harus diakali agar bangunan tidak terlihat luput dari peracangannya dan tidak tumpang tindih satu sana lain alias “keramean”, ruangan tetap menembuskan udara dan cahaya natural, dan bagaimana bangunan tetap terasa ringan.
 
Kecil itu indah. kecuali kebesaran itu bukan tujuan, Bergulat dengan fungsi yang banyak dan permintaan dimensi yang besar, menyadarkan saya. dimensi yang besar terasa tidak dekat dengan kita. Sehingga perlu usaha ekstra untuk mengisi dengan detail-detail tambahan agar dimensi itu terasa dekat dengan mata, dan sentuhan kita. Di lain sisi, kadang dimensi yang besar memperboros penggunaan energi buatan di dalamnya. Mempertanyakan dimensi ke secukupnya adalah penolong agar arsitektur tetap dekat dengan tubuh. Kebutuhan dimensi yang cukup dengan tubuh menolong arsitektur menjadi lebih jujur apa adanya menyediakan fungsi yang sesuai.
 
potonganWEB
 
RTGOweb
 
VRLBweb
 
VRHMweb
 
RTPCweb
 
RTHSweb
 
RTHHweb
 
potonganWEB3
 
potonganWEB2
 
artvillaweb

About the author