Kawasan Monumen Kapsul Waktu, 2018

Ide Kapsul Waktu dimulai oleh tim G70 pada tahun 2015 ketika ulang tahun Indonesia ke 70 tahun 2015. Penggagas awal Kapsul waktu adalah Abdee Negara bersama tim G70 yang di ketuai oleh Nick Nurrachman. kapsul waktu yang dimaksud adalah sebuah wadah yang berisi impjan dari masing masing propinsi di Indonesia, yang akan disimpan secara tertutup dan dibuka 70 tahun kemudian. Sebuah impian dan pengingat bahwa untuk mencapai impian tersebut, maka perlu kerja dan usaha yang keras yang berkesinambungan dalam kurun waktu bertahun-tahun agar mewujud. Sebuah gerakan nasional untuk mengkampanyekan “Ayo Kerja”.
 
Gagasan desain monumen sudah didorong sejak awal tahun 2015 dan telah mengalami perubahan hingga 3 kali. Gagasan yang pertama mengambil ide dari sawah terasering yang sering kita jumpai di desa-desa di Indonesia. Gagasan ini di ganti karena melalui diskusi dalam tim G70, menghindari bentuk yang mengingatkan pada kawah pertambangan terbuka di Freeport.
 
Gagasan kedua berupa sebuah kepulauan Indonesia dengan Batas zona eksklusifnya. Batas-batas ini mewujud menjadi air tumpah yang melambangkan kekayaan laut, merubah mindset dari sekedar batas air menjadi potensi yang kaya untuk Indonesia. Gagasan ini mengalami perubahan kembali, karena setelah survey, tidak ada tempat di merauke yang cukup berkontur. Sebagian tanah di Kabupaten Merauke adalah datar.
 
Dengan berbekal informasi setelah survey, kami mengambil gagasan dari unsur-unsur tradisi pertahanan Papua secara umum. Mata Tombak, perisai dan Menara penjaga “kayou” menjadi gagasan utamanya. Monumen berbentuk tombak, akan menyimpan benih impian pada puncaknya di kelilingi mahkota menara kayou yang menghadap ke Barat agar menjangkau dari Merauke ke seluruh Indonesia. Monumen tombak ini memiliki tinggi 8 meter, lebar 17 meter dan panjang 45 meter yang merepresentasikan tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Monumen Tombak pada bagian bawahnya terdapat 5 tembusan sebagai simbol Dasar negara Republik Indonesia, Pancasila. Dinding-dinding pada bagian dalam monumen tombak, akan di isi oleh relief tentang penggalian pancasila dan terbentuknya Negara Indonesia.
 
Monumen berikutnya adalah sebuah lingkaran simbol dari perisai berupa ramp setinggi 4 meter untuk melihat kapsul waktu dan monumen tombak menghadap ke barat dengan latar kantor Bupati Merauke. Masyarakat bisa melihat dan menikmati matahari tengggelam di dengan latar Monumen Tombak, Alun-alun dan Kantor Bupati. Monumen Perisai ini pada dinding bagian bawahnya akan berisikan relief yang hidup, berisikan prestasi dan capaian bangsa Indonesia dari tahun 1945 hingga 2015, dan dilanjutkan secara periodik hingga tahun dibukanya kapsul waktu tahun 2088.
 
Diantara monumen dan kantor bupati terdapat alun-alun sehingga keberadaan monumen menjadi bagian dari alun-alun. Monumen menjadi bagian dari ruang publik dan ruang terbuka hijau, sekaligus menjadi landmark yang dapat di lihat dari pesawat ketika mendarat di Bandara Mopah, Merauke.
 
Pemberi tugas : Team G70, Kementrian Sekretaris Negara
By HAP untuk Kementrian PUPR
Architect Principal : Yori Antar
Architect in charge: Faiz Suprahman, Inggita Saraswati, Nadya Azalia, Paskalis Khrisno, Ryan Ridge, Titus pandu
Konsultan in charge: MKJ
Struktur : Anwar Sutanto
ME: PT Emse
Kontraktor: Nindya Karya
 


 

About the author