Moyo – Gili – Kuta, Mei 2014

Perjalanan ini dilakukan untuk mengambil kesempatan bersama teman teman yang memiliki waktu yang bisa ikut bertualang, kesibukan dan jalan hidup masing masing orang mulai berubah, sibuk dengan pekerjaan atau keluarga masing-masing, sehingga bila ada teman teman yang bisa ikut berpetualang bersama tentu kesempatan itu perlu diambil. karena banyak libur kejepit di akhir mei 2014, maka diputuskan ke tujuan utama yaitu ke pulau moyo di sumbawa besar yang cukup jauh dan kemudian melanjutkan ke gili trawangan di lombok dan kuta lombok dengan total selama 6 hari 5 malam. Perjalanan di mulai dengan pesawat lion air jkt-bil(Rp. 1.000.000,-) jam 5.00 pagi, sampai di lombok jam 8.00 pagi, setelah itu makan pagi di depan bandara BIL, langsung menuju pelabuhan kayangan dengan avanza sewaan selama 2 jam (Rp.300.000 pak Zulkarnain 085387959685), dari kayangan kami langsung menyebrang dengan kapal ferry besar selama 1 jam 15 menit (Rp.14.000 per orang) sampai di pelabuhan pototano sumbawa, namun total lama penyebrangan adalah 2 jam di karenakan menunggu gantian kapal lain untuk bongkar muat. Masing masing pelabuhan memiliki 2 gate penyebrangan yang selalu ada penyebrangan tiap jamnya 24 jam.
 
Sampai di pelabuhan Pototano kami di bantu mas tamsil dari petugas pajak sumbawa, dengan menyewa mobil avanza (rp.450.000) menuju pelabuhan sumbawa besar selama 2 jam. Kemudian lanjut dengan kapal kecil selama 1.5 jam menyebrang ke labuan aji (rp. 2.200.000 untuk 3 hari 2 malam). Sesampainya di labuan aji, kami disambut oleh pak sjukur tajeb, salah satu orang yang cukup di segani di kampung labuan aji. Hari sudah sore, kami makan ikan kakap bakar dengan sayur katuk, dan menginap di rumahnya yang cukup bersih, rumah 2 lantai dengan 5 kamar. Di pak Sjukur (0853 33799339) ini biaya penginapan sebesar rp.200.000 permalam per orang termasuk dengan makan pagi, siang dan malam.
 
Sore hingga malam harinya kami benar benar di suguhkan keindahan pulau moyo. matahari terbenam yang cerah, langit jingga hingga bintang yang terlihat jelas ketika malam.
 
Esok paginya setelah makan pagi, kami menyewa ojek (rp.75.000,- per orang) untuk menuju air terjun mata jitu selama 30 menit dengan kondisi jalan berbatu dan naik turun. Air terjun ini masih alami, dengan sungai warna kehijauan yang masih jernih dan sangat segar. Ada perjanjian dengan penduduk desa dan pihak AMANWANA dimana area yang dapat di gunakan untuk mandi adalah area paling bawah sehingga daerah air terjunnya tidak rusak. Kami berenang disana selama hampir 1.5 jam karena kesegarannya dan kemudian kembali ke penginapan untuk makan siang.
 
Setelah makan siang, kami melanjutkan ke pantai ai manis untuk snorkeling dan bermain di pantai, tidak lupa kami juga membawa alat pancing kecil. Karena di pulau moyo baru beranjak untuk memanfaatkan pariwisata, di kampung tidak ada peralatan snorkeling yang memadai, jadi kita harus membawa alat sendiri. Ai manis berada di ujung selatan, kira kira 45 menit naik kapal ke arah selatan. Pantai nya masih bersih, hanya sayang karangnya sudah agak rusak, karena kabarnya area area selatan pulau moyo termasuk ai manis dan ai bari adalah tempat nelayan lokal masih menggunakan bom untuk menangkap ikan. Tapi di pantai ai manis lokasi pasir putih dan snorkeling tidak mengecewakan.
 
Hari menjelang sore, kami melanjutkan naik kapal kembali ke kampung labuan aji untuk ke pantai dan menuju takat sagele, tempat menikmati sunset dan snorkeling. Tempat ini adalah tempat terbaik di moyo untuk menikmati sunset juga snorkeling dengan kesehatan terumbu karang yang sangat baik, luas, beraneka ragam ikan dan karang baik soft coral dan hard coral. Kapal kapal phinisi juga terlihat mampir ketika pagi dan sore ke takat sagele sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Sayang, perlu ada peraturan yang jelas atau tempat tempat dimana para nelayan lokal tidak membuang jangkarnya dengan sembarangan sehingga kesehatan karang di daerah ini bisa terjaga. Saya bisa bilang karang laut di takat sagele ini sebanding dengan karang laut di Pulau Menjangan bali. Indah!
 
Setelah menginap semalam lagi di labuan aji, esok pagi, jam 7 kami berangkat naik kapal ke sumbawa besar. ombak di selat antara pulau moyo dan pulau sumbawa cukup besar sehingga seluruh kapal akhirnya basah. Yang menyenangkan disepanjang perjalanan kapal di temani ikan ikan terbang dan pemandangan pantai dengan pasir putih yang belum terjamah banyak sekali. Kami kembali langsung ke pototano dengan sewa toyota innova (Rp.450.000), menyebrang ke pelabuhan kayangan, dan langsung menuju teluk kode dengan avanza (Rp.600.000) untuk sewa boat. namun sebelum menyebrang ke pulau gili trawangan, kami sempatkan makan siang menjelang sore di sate rembiga. sate sapi khas dengan bumbu agak pedas yang super enak dengan sop bebalung khas lombok. Kami memilih teluk kode karena hari sudah malam ketika kami mau menyebrang disamping itu perjalanan dari teluk kode menggunakan fast boat (Rp.700.000,- PP biasanya kalau siang bisa 500.000-600.000 PP) selama 10 menit. Sementara kapal jukung di bangsal hanya beroperasi hingga jam 16.00-17.00 dengan jumlah 15-25 orang perkapal.
 
Kami menginap di gili divers hotel (Rp.500.000,- per malam double/twin bed) melalui booking.com, kemudian esoknya kami mengambil trip snorkeling (Rp.120.000,- per orang termasuk makan siang dan sewa alat snorkeling) di antara 3 pulau gili trawangan – gili meno – gili air di 3 titik yaitu meno garden, turtle heaven dan sekitar air slope. jam 10.30 kami berangkat bersama sekitar 30 orang wisatawan lain dengan glass bottom boat (kapal dengan kaca di bawah sehingga bisa melihat keadaan bawah air). Ombak cukup tenang. Sayangnya 3 titik snorkeling yang umum ini kurang baik kondisi koral lautnya. banyak karang karang yang mati dan ikan yang sedikit. Dibawah air hanya terlihat karang karang berwarna abu abu. Di titik untuk melihat penyu pun, agak susah menemukan penyu, ada 2-3 ekor yang bisa kita lihat, dan di titik terakhir kita bisa lihat taman karang laut yang lumayan bagus hanya saja juga terlihat beberapa yang sudah abu abu atau mati. Menurut penduduk sekitar, karang karang ini mati karena gerusan ombak dan dimakan penyu. Tapi dengan jumlah wisatawan yang snorkeling di tiga titik ini, sehari bisa mencapai 5-10 kapal dengan jumlah penumpang 30-40 orang, mungkin juga menjadi salah satu faktor rusaknya ekosistem laut sekitar gili. Malamnya kami mencoba makan malam di pasar seni, yang berubah menjadi pasar malam dengan pedagang pedangang makanan lokal. Harga makanan di sini sebenarnya cukup mahal, satu set menu nasi, ikan goreng dan sayur Rp.30.000,- belum dengan sate dll.
 
Esok harinya kami yang tidak ikut diving, menunggu di pearl beach beach club di depan villa ombak, sambil menunggu salah satu teman kami diving di shark point bersama dengan paket dari hotel kami (35$). Maafkan untuk foto selfienya :). Siang setelah makan siang kami melanjutkan menyebrang kembali ke pulau lombok dan langsung menuju daerah kuta. Kali ini kami sewa mobil avanza untuk di kemudikan sendiri (Rp.200.000,- perhari tanpa supir diluar bensin)
 
Daerah kuta cukup dekat dengan bandara, sekitar 45 menit, namun dari teluk kode perlu dicapai selama 2 jam. Kami menikmati matahari tenggelam dari pantai Seger (Rp.10.000 per mobil), arah timur dari pantai kuta, dan menginap di Sekar Kuning (Rp. 250.000,- permalam double bed ac). esok paginya Kami sempatkan ke pantai mawun, pantai yang masih cukup sepi dengan pasir putih yang halus dan dikelilingi bukit. Pantai mawun ini letaknya di arah barat area pantai kuta. Kemudian kami melanjutkan untuk melihat ke arah pantai untuk berselancar di mawi (Rp.10.000 permobil). Setelah hari menjelang siang, kami sempatkan makan di restoran vegan di Ashtari yang di miliki orang prancis dengan view yang sangat bagus menghadap ke arah pantai kuta dari perbukitan antara kuta dan mawun. Sorenya kami langsung menuju bali untuk kembali (Rp. 250.000,-)
 
Pulang ke bali dengan pesawat adalah pemandangan tersendiri, dari atas pesawat kita bisa lihat pemandangan keindahan pulau pulau yang kita miliki. suatu saat nanti mungkin saatnya LOB living on Boat bisa menjadi bucket list yang bisa di penuhi. 🙂
 

About the author